Beranda > Aksi Nyata > Paket Modul 2 > 2.3.j Koneksi Antar Materi
Durasi: 2 JP (90 Menit)
Moda: Tugas Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media
Instruksi Penugasan
Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.
Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut:
Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?
Coaching adalah suatu proses yang membantu seseorang untuk mencapai tujuannya dengan cara memaksimalkan potensinya. Coaching berfokus pada pengembangan diri dan keterampilan seseorang, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Coaching dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh orang yang berpengalaman, maupun oleh orang yang baru memulai. Coaching juga dapat dilakukan dalam berbagai konteks, baik dalam konteks personal, profesional, maupun organisasi.
Dalam konteks sekolah, coaching dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengembangkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Coaching juga dapat digunakan untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Coaching dalam konteks sekolah dapat dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, atau oleh sesama guru. Coaching yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah biasanya disebut dengan supervisi akademik. Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, serta mendukung pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah.
Paradigma Berpikir Coaching
Paradigma berpikir coaching adalah cara pandang yang berfokus pada pengembangan individu. Paradigma ini menekankan pada potensi individu, bukan pada kekurangannya. Paradigma ini juga menekankan pada proses, bukan pada hasil.
Fokus pada Coachee
Dalam paradigma berpikir coaching, coachee adalah individu yang sedang dikembangkan. Coach berfokus pada potensi coachee, bukan pada kekurangannya. Coach juga berfokus pada proses pengembangan coachee, bukan pada hasil akhir.
Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu
Coach yang memiliki paradigma berpikir coaching bersikap terbuka dan ingin tahu. Mereka menerima pemikiran coachee tanpa penilaian. Mereka juga mempertahankan ketenangan dan menunjukkan rasa ingin tahu.
Sikap terbuka dan ingin tahu ini penting untuk membangun hubungan yang baik dengan coachee. Hubungan yang baik ini akan memudahkan proses pengembangan coachee.
Kesadaran Diri yang Kuat
Coach yang memiliki paradigma berpikir coaching memiliki kesadaran diri yang kuat. Mereka menyadari emosi dan energinya sendiri. Mereka juga menyadari emosi dan energi coachee.
Kesadaran diri yang kuat ini penting untuk menciptakan lingkungan percakapan yang efektif. Lingkungan percakapan yang efektif akan memudahkan coach untuk membantu coachee berkembang.
Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan
Coaching mendorong fokus pada masa depan dan solusi. Coach membantu coachee melihat kemungkinan baru dan mengarah ke perubahan positif.
Kemampuan untuk melihat peluang baru dan masa depan ini penting untuk mendorong perkembangan coachee. Coachee akan lebih termotivasi untuk berkembang jika mereka melihat peluang dan masa depan yang cerah.
Secara keseluruhan, paradigma berpikir coaching adalah paradigma yang positif dan produktif. Paradigma ini dapat membantu coachee untuk mengembangkan potensinya dan mencapai tujuannya.
Prinsip Coaching
Prinsip coaching adalah pedoman dasar yang digunakan oleh coach dalam proses coaching. Prinsip-prinsip ini penting untuk diingat dan diterapkan oleh coach agar proses coaching berjalan efektif dan mencapai tujuannya. Berikut adalah tiga prinsip coaching yang penting:
Kemitraan
Prinsip kemitraan dalam coaching menegaskan kesetaraan antara coach dan coachee. Fokus pada kesetaraan ini menghasilkan hubungan yang membangun kepercayaan dan keterbukaan, menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif.
Dalam konteks kemitraan, coachee adalah individu yang sedang dikembangkan. Coach berfokus pada potensi coachee, bukan pada kekurangannya. Coach juga berfokus pada proses pengembangan coachee, bukan pada hasil akhir.
Proses Kreatif
Coaching adalah proses kreatif yang mendorong percakapan dua arah untuk memicu pemikiran coachee, memetakan situasinya, dan menghasilkan ide-ide baru.
Coach menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong coachee untuk berpikir kritis dan kreatif. Coach juga membantu coachee untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang.
Memaksimalkan Potensi
Coaching bertujuan untuk memaksimalkan potensi coachee dan memberdayakannya. Percakapan diakhiri dengan rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh coachee, memastikan bahwa solusi yang dihasilkan dapat diimplementasikan secara efektif.
Coach membantu coachee untuk menetapkan tujuan yang ambisius, tetapi realistis. Coach juga membantu coachee untuk mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan tersebut.
Kompetensi Inti Coaching
Kompetensi inti coaching adalah keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang coach. Keterampilan-keterampilan ini penting untuk diterapkan dalam proses coaching agar proses coaching berjalan efektif dan mencapai tujuannya. Berikut adalah tiga kompetensi inti coaching:
Kehadiran Penuh/Presence
Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
Mendengarkan Aktif
Mendengarkan aktif adalah kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami, dan menanggapi apa yang dikatakan oleh coachee. Mendengarkan aktif merupakan keterampilan yang penting dalam coaching karena memungkinkan coach untuk memahami perspektif coachee dan membantu coachee untuk berpikir secara kritis dan kreatif.
Mengajukan Pertanyaan Berbobot
Mengajukan pertanyaan berbobot adalah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang mendorong coachee untuk berpikir dan bertindak. Pertanyaan berbobot dapat membantu coachee untuk memahami situasinya, mengidentifikasi tujuannya, dan mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan tersebut.
Alur TIRTA
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Alur TIRTA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
Tujuan Umum: Pada tahap ini, coach dan coachee menyepakati tujuan percakapan yang akan berlangsung. Idealnya, tujuan ini datang dari coachee.
Identifikasi: Pada tahap ini, coach membantu coachee untuk memahami situasi yang sedang dihadapinya. Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi, serta menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi.
Rencana Aksi: Pada tahap ini, coach membantu coachee untuk mengembangkan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat.
Tanggung Jawab: Pada tahap ini, coachee membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.
Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah salah satu tugas pokok kepala sekolah. Supervisi akademik merupakan proses kolaborasi antara kepala sekolah dan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Supervisi akademik bertujuan untuk:
Meningkatkan kualitas pembelajaran
Meningkatkan kompetensi guru
Meningkatkan kinerja guru
Supervisi akademik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
Observasi kelas
Wawancara
Diskusi
Coaching
Supervisi akademik yang dilakukan secara efektif dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Supervisi akademik yang efektif harus berfokus pada pengembangan kompetensi guru dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching adalah proses kolaboratif antara supervisor dan guru untuk mengembangkan kompetensi guru. Supervisi akademik ini berfokus pada pengembangan potensi guru dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching didasarkan pada beberapa prinsip, antara lain:
Kemitraan: Supervisi akademik dilakukan secara kolaboratif antara supervisor dan guru. Supervisor dan guru bekerja sama untuk mencapai tujuan supervisi akademik.
Konstruktif: Supervisi akademik bertujuan mengembangkan kompetensi individu. Supervisor memberikan umpan balik yang konstruktif kepada guru untuk membantu guru dalam meningkatkan kompetensinya.
Terencana: Supervisi akademik dilakukan secara terencana. Supervisor dan guru menyepakati tujuan supervisi akademik, sasaran observasi, dan rencana tindak lanjut.
Reflektif: Supervisi akademik mendorong guru untuk melakukan refleksi diri. Guru didorong untuk berpikir kritis tentang pembelajaran yang mereka lakukan dan bagaimana mereka dapat meningkatkannya.
Objektif: Data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati. Supervisor menghindari subjektivitas dalam memberikan umpan balik kepada guru.
Berkesinambungan: Supervisi akademik dilakukan secara berkelanjutan. Supervisor dan guru secara rutin melakukan percakapan untuk mendiskusikan perkembangan guru.
Komprehensif: Supervisi akademik mencakup tujuan dari proses supervisi akademik. Supervisi akademik tidak hanya berfokus pada aspek pembelajaran, tetapi juga aspek lainnya, seperti kepribadian dan kepemimpinan guru.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching biasanya dilakukan dalam tiga siklus, yaitu:
Siklus 1: Pra-observasi
Pada siklus ini, supervisor dan guru melakukan percakapan untuk membahas tujuan supervisi akademik, sasaran observasi, dan rencana tindak lanjut. Supervisor juga memberikan umpan balik kepada guru tentang pembelajaran yang akan diobservasi.
Siklus 2: Observasi
Pada siklus ini, supervisor melakukan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Supervisor mencatat data/informasi tentang pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Siklus 3: Pasca-observasi
Pada siklus ini, supervisor dan guru melakukan percakapan untuk membahas hasil observasi. Supervisor memberikan umpan balik kepada guru berdasarkan data/informasi yang diperoleh dari observasi. Guru juga menyampaikan refleksi diri tentang pembelajaran yang dilakukannya.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching memiliki beberapa manfaat, antara lain:
Membantu guru dalam mengembangkan kompetensinya
Meningkatkan kualitas pembelajaran
Meningkatkan motivasi guru
Meningkatkan hubungan kerja antara supervisor dan guru
Pada kegiatan pembelajaran modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, Calon Guru Penggerak dapat memperoleh berbagai pengalaman dan materi yang berharga untuk menjalai peran sebagai coach di sekolah. Adapun pengalaman atau materi yang diperoleh, antara lain:
Pemahaman tentang Konsep Coaching. Hal ini meliputi tujuan, paradigma, prinsip, dan kompetensi inti coaching. Dari pemahaman ini, Calon Guru Penggerak juga dapat belajar bagaimana menerapkan coaching dalam berbagaik konteks, termasuk Supervisi Akademik.
Keterampilan Coaching. Melalui kegiatan praktik baik melalui latihan maupun aksi nyata, Calon Guru Penggerak akan mengembangkan keterampilan coaching yang diperlukan untuk menjadi coach yang efektif. Keterampilan ini meliputi keterampilan mendengarkan aktif, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan umpan balik, dan keterampilan membangun relasi.
Pemahaman tentang Supervisi Akademik. Dari pengalaman belajar pada modul ini, Calon Guru Penggerak dapat memahami peran supervisi akademik dalam pengembangan profesional guru. Selain itu, juga dapat belajar bagaimana menerapkan paradigma berpikir coaching dalam supervisi akademik.
Sebagai Calon Guru Penggerak, saya sangat senang, bangga, dan bersyukur karena sudah bisa sampai pada tahap ini. Secara keseluruhan, materi Coaching untuk Supervisi Akademik ini dapat memberikan pengalaman dan materi yang berharga untuk menjadi coach yang baik.
Beberapa hal yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dalam proses belajar adalah saya cukup antusias dalam mempelajari materi coaching ini. Dalam hal ini, saya selalu berusaha untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi dan kegiatan pembelajaran lainnya. Pemahaman saya tentang konsep coaching juga sudah baik. Saya dapat memahami serta menerapkannya dalam berbagai konteks. Perkembangan keterampilan coaching juga cukup signifikan. Kemampuan untuk hadir secara penuh, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan yang berbobot, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membangun hubungan dengan coachee sudah cukup baik, walaupun masih ada beberapa aspek yang perlu lebih ditingkatkan.
Adapun beberapa hal yang perlu ditingkatkan, di antaranya perlu lebih banyak berlatih coaching dengan guru lain. Hal ini penting untuk mengasah keterampilan coaching untuk menerapkannya dalam konteks nyata. Selain itu, perlu lebih banyak belajar tentang teori dan praktik pembelajaran yang relevan dengan supervisi akademik. Pengetahuan ini akan membantu untuk menjadi coach yang lebih efektif dalam membantu guru meningkatkan pembelajaran yang lebih berpihak pada murid.
Materi coaching untuk supervisi akademik memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kompetensi dan kematangan diri pribadi sebagai calon guru penggerak. Materi ini dapat membantu calon guru penggerak untuk mengembangkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran, serta meningkatkan kematangan diri pribadi. Calon guru penggerak dapat belajar bagaimana menerapkan coaching untuk membantu guru meningkatkan praktik pembelajaran mereka. Hal ini dapat membantu calon guru penggerak untuk mengembangkan kompetensi pedagogik mereka. Selain itu, dari materi ini calon guru penggerak dapat belajar bagaimana membangun hubungan yang positif dengan guru lain. Hal ini dapat membantu calon guru penggerak untuk mengembangkan kompetensi sosial-emosional mereka, yaitu kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain.
Secara keseluruhan, materi coaching untuk supervisi akademik dapat memberikan calon guru penggerak berbagai keterampilan dan pengetahuan yang berharga untuk mengembangkan kompetensi dan kematangan diri pribadi mereka. Dengan mengembangkan kompetensi dan kematangan diri pribadi, calon guru penggerak dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang lebih baik dan berkontribusi dalam peningkatan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Keterkaitan Antar Materi
Calon Guru Penggerak (CGP) memiliki peran sebagai coach di sekolah. Peran ini sejalan dengan salah satu peran utama CGP, yaitu menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai coach, CGP dapat membantu guru lain untuk meningkatkan praktik pembelajaran mereka, termasuk dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional.
Keterkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Pendekatan ini dapat membantu guru untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam.
CGP dapat berperan sebagai coach untuk membantu guru lain dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. CGP dapat memberikan bimbingan dan dukungan kepada guru lain untuk memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi, serta menerapkannya dalam praktik pembelajaran mereka. Berikut adalah beberapa contoh peran CGP sebagai coach untuk pembelajaran berdiferensiasi:
Membantu guru lain untuk memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi
Membantu guru lain untuk mengidentifikasi kebutuhan dan gaya belajar siswa
Membantu guru lain untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang berdiferensiasi
Keterkaitan dengan pembelajaran sosial dan emosional
Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa. Keterampilan sosial dan emosional penting untuk dimiliki siswa agar mereka dapat sukses dalam kehidupan mereka, baik di sekolah maupun di masyarakat.
CGP dapat berperan sebagai coach untuk membantu guru lain dalam menerapkan pembelajaran sosial dan emosional. CGP dapat memberikan bimbingan dan dukungan kepada guru lain untuk memahami konsep pembelajaran sosial dan emosional, serta menerapkannya dalam praktik pembelajaran mereka. Berikut adalah beberapa contoh peran CGP sebagai coach untuk pembelajaran sosial dan emosional:
Membantu guru lain untuk memahami konsep pembelajaran sosial dan emosional
Membantu guru lain untuk mengembangkan materi pembelajaran sosial dan emosional
Membantu guru lain untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran sosial dan emosional
Secara keseluruhan, CGP dapat berperan sebagai coach untuk membantu guru lain dalam meningkatkan praktik pembelajaran mereka, termasuk dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Dengan berperan sebagai coach, CGP dapat berkontribusi dalam peningkatan pembelajaran yang lebih berpihak pada murid.
Keterkaitan Keterampilan Coaching dengan Pengembangan Kompetensi sebagai Pemimpin Pembelajaran
Keterampilan coaching memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pengembangan kompetensi Calon Guru Penggerak sebagai pemimpin pembelajaran. Keterampilan coaching dapat membantu CGP untuk:
Mengembangkan kompetensi pedagogik
CGP dapat menggunakan keterampilan coaching untuk membantu guru lain dalam mengembangkan praktik pembelajaran mereka. Hal ini dapat membantu CGP untuk mengembangkan kompetensi pedagogik mereka, yaitu kemampuan untuk memahami dan menerapkan teori dan praktik pembelajaran.
Mengembangkan kompetensi kepribadian
CGP dapat menggunakan keterampilan coaching untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif. Hal ini dapat membantu CGP untuk mengembangkan kompetensi kepribadian mereka, yaitu kemampuan untuk berperilaku secara profesional, etis, dan bertanggung jawab.
Mengembangkan kompetensi sosial-emosional
CGP dapat menggunakan keterampilan coaching untuk membangun hubungan yang positif dengan guru lain. Hal ini dapat membantu CGP untuk mengembangkan kompetensi sosial-emosional mereka, yaitu kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain.
Berikut adalah beberapa contoh keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi CGP sebagai pemimpin pembelajaran:
Keterampilan hadir secara penuh
Keterampilan ini penting karena memungkinkan coach untuk membangun hubungan yang positif dan produktif dengan coachee. Ketika CGP hadir secara penuh, mereka menunjukkan kepada guru lain bahwa mereka benar-benar mendengarkan dan peduli. Hal ini dapat membantu CGP untuk membangun hubungan yang positif dan saling percaya dengan guru lain.
Keterampilan mendengarkan aktif
Keterampilan mendengarkan aktif dapat membantu CGP untuk memahami kebutuhan dan tujuan guru lain. Hal ini dapat membantu CGP untuk memberikan bimbingan dan dukungan yang tepat kepada guru lain.
Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya dapat membantu CGP untuk menggali potensi dan kekuatan guru lain. Hal ini dapat membantu CGP untuk membantu guru lain untuk berkembang dan menjadi lebih efektif.
Keterampilan memberikan umpan balik
Keterampilan memberikan umpan balik dapat membantu guru lain untuk belajar dan berkembang. Hal ini dapat membantu CGP untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif.
Secara keseluruhan, keterampilan coaching dapat menjadi alat yang ampuh bagi CGP untuk mengembangkan kompetensi mereka sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan mengembangkan keterampilan coaching, CGP dapat menjadi pemimpin yang lebih baik dan berkontribusi dalam peningkatan pembelajaran yang lebih berpihak pada murid.